James Brown dan Bobby Byrd: Persahabatan, Pengorbanan, dan Kepercayaan

James Brown dan Bobby Byrd (sumber: Talk2Svcom)

Di salah satu penjara yang dingin di Georgia, seorang lelaki menatap langit dari balik barisan tiang yang memisahkannya dari kebebasan. Laki-laki itu meringkuk lesu tak berdaya. Dia menyesalkan pencurian mobil yang gagal itu. Ingatannya berkelindan akan beberapa jam lalu. Ya, remaja usia 16 tahun itu melakukan pencurian. Sialnya aparat berhasil menangkapnya.

Penjara membentuknya sehingga mencicipi dunia gelap, menjadikannya kuat. Turut pula mengajarkannya akan kecintaannya pada musik. Di penjara inilah remaja ini bertemu partners-in-crime-nya, Bobby Byrd. Salah seorang yang membuatnya dikenang sepanjang masa.

Dialah Sang legenda musik soul dan funk, James Brown.

Dia mengusap memar di kepalanya, beberapa jam lalu dirinya dan Bobby Byrd berkelahi dengan sesama tawanan. Saat dia menikmati sajian musik gospel di aula. Keduanya bertemu di klinik penjara saat James mengetahui bahwa Bobby-lah yang tampil saat itu.

Tepat 3 Mei 1933 silam, James Brown terlahir. Tumbuh  di lingkungan keras, saat supremasi ras kulit putih menjajah kulit hitam di Elko, Carolina Selatan. Rumah kayunya menjadi saksi bagaimana kemiskinan menggerusnya. Ibunya meninggalkannya setelah diusir ayahnya. Dan selanjutnya ayahnya meninggalkannya kepada tantenya yang memiliki hotel dan tempat judi untuk para serdadu.

Berbeda dengan Bobby yang berasal dari keluarga yang relatif adem ayem. Keluarga yang taat pada gereja. Dari situlah Bobby mengasah kemampuannya bermusik. Hingga dia sering wara-wiri nampil sebagai penyanyi solo.

Pada era perang dunia kedua, Joseph James Brown, Jr (nama asli James Brown) menghibur para serdadu Amerika. Tariannya dan suaranya menjadi kekuatannya. Hal itulah yang menjadi titik pertemuannya dengan Bobby Byrd di penjara. Pun keluarga Bobby Byrd pula yang membuatnya keluar dari sel dan membangun kembali kepercayaan diri James Brown--juga merelakan adiknya dipacari oleh James.

Selepas dari penjara, dia dan Bobby memilih musik releijus lewat grup gospel, Starlighters. Selang waktu, kelompok ini lebih memilih jalan sekuler dengan lagu boogie blues "Caldonia" menjadi inspirasinya. Bobby Byrd membentuk grup itu bersama Bobby Bennett, Lloyd Stallworth James Brown dan Johnny Terry. The Famous Flames. Seperti api yang menjilat hingga ke kaki langit, seperti itulah James memulai karirnya.

Pihak label dan manajer mereka, Ben Bart melihat potensi dari James, kemudian menjadikan kelompok tersebut bernama, The Famous Flames and James Brown. Rekanannya kecewa, juga Bobby Byrd. Dia meninggalkan James, namun dia kembali lagi untuk membantu raja funk dan soul ini.

Sosok yang keras James meyebabkan Byrd harus beberapa kali makan hati. Padahal kalau mau dipikir Byrd-lah orang yang mendesain mesin-mesin hit James baik di Famous Flames ataupun saat solo James Brown.

Byrd turut pada penciptaan lagu, "Talkin' Loud & Sayin' Nothin'," "Licking Stick," "Get Up, Get into It and Get Involved". Di lagu "Get Up (I Feel Like Being a) Sex Machine" terdapat salah satu bait monumental, "Get on up!" yang dinyanyikan oleh Byrd. Beberapa lagu tersebut turut menjadi daftar lagu terbaik sepanjang masa.

Bahkan di tahun 1986, James Brown yang dinominasikan masuk Rock and Roll Hall of Fame tanpa memasukkan The Famous Flames (di dalamnya ada Bobby Byrd). Padahal penyanyi tersebut menyalahi aturan dari penghargaan tersebut yaitu 25 tahun berkarya solo--James Brown saat itu 21 tahun berkarya solo, empat tahun sisanya bersama grupnya.

Peran kemudian dimonopoli oleh James. Terlebih dengan sikap James yang keras kepala dan egois. Byrd bahkan rela menjadi penari latar seorang James Brown. Kesemuanya itu terjadi karena adanya keseadaran bahwa rekannya itu adalah seorang yang pantas didepan. Seseorang yang mampu membuat rekan-rekan di grupnya percaya diri.

"Tidak semua ditakdirkan berada di depan, dan saya percaya James bisa membuat kita percaya diri," ujarnya dalam film Get on Up (2014).

Bahkan Bobby tidak pernah membenci James. Dia sadar bahwa perpecahan hanya menghambat mereka. 

Sekalipun keduanya berpisah jalan kemudian, keduanya adalah fondasi yang membangun musik R&B, pop dan hip hop hari ini.

Mereka dipertemukan lagi dalam kematian. Bobby meninggal tahun 2007, dan James tahun 2006. Keduanya mewariskan jiwa musik modern. Rolling Stones menganugerahkan lagu-lagu mereka adalah lagu terbanyak yang dijadikan sampel. Tanpa mereka tiada Michael Jackson, Prince, Bruno Mars, Beastie Boys, Public Enemy, hingga di legenda musik nasional seperti Iwa K atau Homicide; hingga penyanyi lawas macam Afgan.

Lebih jauhnya, mereka mengajarkan bahwa persahabatan terkadang membutuhkan pengorbanan, dan kepercayaan. 














Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Gereja Hingga Eksplorasi Lokalitas (Review Buku Puisi Mario F. Lawi, Mendengarkan Coldplay)

Maaf Cak Nas (Obituari drg. Nasman Nuralim Ph.D)

Ketika Mitos dan Realitas Melebur (Review Buku Parabel Cervantes dan Don Quixote)