Suara Hingga Terang

Suara itu kuat, mampu menghempas karang dan kepercayaan yang lama dianut oleh manusia. Darinya datang nada dan rasa. Suara, suara, suara, menerobos gelap ketika mata tertutup, menuntun jalan hingga terang menyambut.

Dalam suatu tekan dia masuk ke gendang telinga, menyambung ke pusat saraf, endofrin mengalir deras, serasa surga di depan mata. Kini aku percaya dapat hidup, setelah lama aku terkutuk.

Suara itu datang pada frekuensi lemah, sayu, tapi ada semangat dan energi di dalamnya. Suara itu menerobos hingga ke dada. Hangat. Melelehkan darah yang sudah beku. Melambatkan denyut, dan saya terhanyut.  Dia menghardik tapi indah, dia kejam tapi berbunga.

Suara, suara, suara. Di mana suara itu kini? gelap sudah datang, tuntunan menghilang. Mana, mana getaranmu lagi? Biarkan aku tersesat, tak perlu kau tuntun. Hanya suara adalah bahagia, memberi harapan walau tak nyata dan kasih yang tak berbalas.

Komentar

  1. Kita pas PDKT telponan lucu banget ya sampai kamu bikin tulisan begini. Tiap hari maunya telponan. I miss you.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Gereja Hingga Eksplorasi Lokalitas (Review Buku Puisi Mario F. Lawi, Mendengarkan Coldplay)

Maaf Cak Nas (Obituari drg. Nasman Nuralim Ph.D)

Ketika Mitos dan Realitas Melebur (Review Buku Parabel Cervantes dan Don Quixote)