Pilihan Ketiga

Hidup katanya adalah dualitas, saling menegasi atau melengkapi: hitam dan putih, baik dan buruk, atas dan bawah, dan lain-lain.

Paling lawasnya, seringkali seseorang diperhadapkan akan pilihan. Jawabannya "ya" atau "tidak". Dua pilihan yang terlihat mudah namun kadang memenjara. Bisa jadi kita akan dicap inkonsisten atau tidak tegas karena pilihan itu. Apalagi soal olah rasa. Ketika seseorang menyatakan cinta kepada anda, anda pasti akan didesak menjawab ya atau tidak. Kalau tidak anda pasti sudah dilaknat, "Dasar tukang PHP!"

On the other hand, British Council dan Cambridge Language memperkenalkan adanya "pilihan ketiga", selain yes dan no pada tes kemampuan bahasa, International English Language Testing System (IELTS), yaitu: not given. Menariknya, jawaban ini dapat bernilai benar bagi para pesertanya.

Di salah satu sesi di tes reading bahasa asing ini, peserta diberi suatu kalimat dan kemudian kalimat tersebut harus diselidiki apakah yes apabila disebutkan dalam bacaan, no jika berkontradiksi dari bacaan, dan not given jika tidak dicantumkan dalam bacaan.

Tes yang diperkenalkan tahun 1989 ini memberikan kita gambaran bahwa terkadang hidup itu tidak harus memilih secara konkrit. Bahkan in absentia dapat berarti pilihan, memilih not given bukan berarti tidak konsisten, tapi lebih kepada kecerdasan dan kemampuan kita melihat korelasi jawaban dengan sumber pengetahuan yang telah kita baca, bisa jadi itu berupa pengalaman masa lalu kita atau animal instinct lewat batang otak kita.

 Ini adalah penghargaan terhadap kesemua pilihan, tapi bukanlah sebuah alasan ketika misalnya seseorang laki-laki atau perempuan menyatakan cinta kepada anda, dan kemudian dengan simpel menjawab not given. 

based on my friend Instagram status @armitarian