Kembali ke Asal

Beberapa hari ini Makassar terkena pemadaman bergilir dan koneksi internet untuk semua provider yang bermasalah. Dari pagi sampai siang namun bisa juga siang sampai sore siang sampai malam, bahkan pernah di suatu daerah listrik dan internet tak dapat terakses selama sehari.

Bisakah anda bayangkan bagaimana sebuah kota yang bernutrisi selayak berkehidupan dari listrik dan internet mendadak hilang, para urban yang hidup di antara gadget dan perangkat internet dan listrik yang merasa sakit kepala jika seharian tidak mengupdate path atau mengupload kegiatan mereka di Instagram. Atau kehidupan tanpa terang lampu dan perangkat elektronik semisal mesin cuci ataupun televisi.

Ini yang saya rasakan di rumah saya kemarin, biasanya rumah senantiasa dipenuhi grasak-grusuk perangkat elektrik dan alat memasak berdaya listrik. Sering juga terdengar suara updetan media sosial yang berdering atau ajakan bercakap kawan di smartphone. Kini semua padam, hanya ada gelap dan senyap. Merasa purba dan tiada berguna. Ini mungkin resiko terbuai oleh teknologi dan mesin, kita seakan turut bermetamorfosis seperti halnya ketiba-tibaan perubahan menjadi kecoa oleh Gregory Samsa dalam karya Franz Kafka. Bukan menjadi kecoa yang (mungkin) masih bermakhluk, kita seperti tersusun dari roda, skrup, atau dinamo yang menjalani hidup layaknya mesin.

Kini saat gelap itu datang, kita berada pada pilihan hidup atau mati. Bertualang kembali ke asal manusia "zoon politicon", berinteraksi, bercengkrama secara langsung tanpa melewati layar sempit kaca smartphone, menggunakan daya otot dan tenaga tanpa gerak mesin yang menpersantai kerja manusia. Kembali ke asal mula kehidupan manusia... kembali ke asal dari titik nol peradaban manusia.

Saya suka malam itu, saat seisi rumah makan malam bersama di temaram lilin, berbagi kisah seharian tanpa diusik tayangan tv favorit, juga menatap kota mati dari atas lotengku
posted from Bloggeroid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Gereja Hingga Eksplorasi Lokalitas (Review Buku Puisi Mario F. Lawi, Mendengarkan Coldplay)

Maaf Cak Nas (Obituari drg. Nasman Nuralim Ph.D)

Ketika Mitos dan Realitas Melebur (Review Buku Parabel Cervantes dan Don Quixote)