Kisah Naar

Terlahir dari rahim neraka, bertakdir mencambuk pendosa. Menunggu dengan tenang di puncak olympus. Meliuk menanti pendakinya, prometheus. Dia merengkuh pelukannya. Dia turun ke bumi menjajaki kebaruan. Sayang sang kekasih terhukum sang ayah. Dia tidak menyesal diringkuh dan dicumbu. Dia tidak menyesal tinggalkan singgasananya di tahta. Dia tak menyesal tak kobarkan diri selamatkan pemangsaan pelahap terkasih, mencabik daging seumpama apel yang terkupas pisau lalu dikulun mulut berbisa. Penyesalannya bara dan liukannya teruntuk manusia, para maruk kuasa. Para pandir yang beranak pinak. Kini menjagal Gaia - kakek buyutnya.
Merampas kemuliaan hijau dan keelokan birunya. Semua memerah dan prometheus hanya tertawa di pusara tak bernisan atau euforia ukiran pemanusiaannya.
posted from Bloggeroid

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Gereja Hingga Eksplorasi Lokalitas (Review Buku Puisi Mario F. Lawi, Mendengarkan Coldplay)

Maaf Cak Nas (Obituari drg. Nasman Nuralim Ph.D)

Ketika Mitos dan Realitas Melebur (Review Buku Parabel Cervantes dan Don Quixote)